TUGAS
MANAJEMEN II
3
teori motivasi :
1. Teori
Motivasi (Maslow)
Ø Teori
Motivasi maslow membagi kebutuhan manusia sebagai berikut:
1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti makan,minum, perumahan, oksigen, tidur dan sebagainya.
2. Kebutuhan Rasa Aman
Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka muncul kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada saat mereka tidak lagi bekerja.
3. Kebutuhan Sosial
Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara minimal, maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi dana interaksi yang lebih erat dengan orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan dengan kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang kompak, supervisi yang baik, rekreasi bersama dan sebagainya.
4. Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian seseorang serta efektifitas kerja seseorang.
5. Kebutuhan Aktualisasi diri
Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan potensi yang sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki seseorang. Malahan kebutuhan akan aktualisasi diri ada kecenderungan potensinya yang meningkat karena orang mengaktualisasikan perilakunya. Seseorang yang didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri senang akan tugas-tugas yang menantang kemampuan dan keahliannya.
Ø Manfaatnya dalam menggerakan Teori Maslow untuk proses
kerja karyawan adalah dapat
mengasumsikan bahwa orang yang memiliki tingkat status sosial tinggi dan
aktualisasi diri adalah dengan memenuhi kebutuhan yang pokok (fisiologis)
dengan lebih dari cukup sebelum mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih
tinggi (perwujudan diri) atau aktualisasi diri.
Kebutuhan yang lebih
rendah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi
seperti perwujudan diri mulai mengembalikan perilaku seseorang. Hal yang
penting dalam pemikiran Maslow ini bahwa kebutuhan yang telah dipenuhi memberi
motivasi. Apabila seseorang memutuskan bahwa ia menerima uang yang cukup untuk
pekerjaan dari organisasi tempat ia bekerja, maka uang tidak mempunyai daya
intensitasnya lagi. Jadi bila suatu kebutuhan mencapai puncaknya, kebutuhan itu
akan berhenti menjadi motivasi utama dari perilaku. walaupun kebutuhan pokok
telah terpuaskan, kebutuhan lainnya itu masih mempengaruhi perilaku yang
membutuhkan kebutuhan yang lainnya seperti penghargaan dan aktualisasi diri.
2.
Teori Motivasi ( Herzberg )
Ø Teori
motivasi yang dikemukakan oleh Herzberg sering disebut dengan M – H atau teori dua
faktor, bagaimana manajer dapat mengendalikan faktor-faktor yang dapat
menghasilkan kepuasan kerja atau ketidakpuasan kerja. Berdasarkan penelitian
telah dikemukakan dua kelompok faktor yang mempengaruhi seseorang dalam
organisasi, yaitu ”motivasi”. Disebut bahwa motivasi yang sesungguhnya sebagai
faktor sumber kepuasan kerja adalah prestasi, promosi, penghargaan dan tanggung
jawab.
Ø Manfaatnya
dalam menggerakan teori Motivasi Herzberg dalam proses kerja karyawan adalah
dengan membuktikan bahwa sikap atasan atau manajer dibuktikan
bukan sebagai sumber kepuasan kerja. Dalam Faktor ini sumber sumber kepuasan kerja adalah
kondisi kerja, hubungan antar pribadi, teknik pengawasan dan gaji yang dibuat
oleh manajer dengan memperhatikan karyawannya dengan cermat. Teori dua faktor
ini akan mengurangi ketidakpuasan kerja, tetapi tidak akan menimbulkan dorongan
kerja karena karyawan akan cenderung tergantung dengan atasannya. Dengan teori
ini dapat tidak akan menimbulkan
motivasi kerja, tetapi tidak adanya faktor ini akan menjadikan tidak
berfungsinya faktor ”motivasi”.
3. Teori
Motivasi Berprestasi ( David McClelland)
Teori motovasi
berprestasi ini lebih tepatnya disebut teori kebutuhan dari McClelland, karena ia
tidak saja meneliti tentang kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement), tetapi juga tentang kebutuhan untuk berkuasa
(need for power), dan kebutuhan untuk
berafilasi atau berhubungan (need for affiliation).
Ø Kebutuhan
untuk berprestasi (Need for Achievement). Ada sementara orang yang memiliki
dorongan yang kuat untuk berhasil. Mereka lebih mengejar pribadi daripada
imbalan terhadap keberhasilan. Mereka bergairah untuk melakukan sesuatu lebih
baik dan efisien dibandingkan hasil sebelumnya. Dorongan ini disebut kebutuhan
untuk berprestasi (The Achievement Need = nAch ).
Ø Kebutuhan
untuk berkuasa (Need for Power). Kebutuhan kedua ialah kebutuhan untuk berkuasa
(need for power = nPow).kebutuhan untuk berkuasa adalah adanya keinginan yang
kuat untuk mengendalikan orang lain, untuk mempengaruhi orang lain, dan untuk
memilikidampak terhadap orang lain. Orang dengan kebutuhan untuk berkuasa yang
besar menyukai pekerjaan-pekerjaan dimana merka mejadi pimpinan dan mereka
berupaya mempengaruhi orang lain.
Ø Kebutuhan
untuk berafilasi (Need for Affiliation). Kebutuhan ketiga adaalah kebutuhan
untuk berafilasi (need for affilation= nAff). Kebutuhan ini yang paling sedikit
mendapatkan perhatian dan paling sedikit diteliti .
Ø Manfaat
dalam menggerakan teori motivasi David McClelland dalam proses kerja karyawan
adalah lebih kepada motifasi untuk kebutuhan berprestasi(kebutuhan untuk
menjadi lebih baik untuk mencapai keebrhasilan tanpa mengharpkan imbalan) ,
berkuasa (keinginan pribadi untuk dapat memimpin), dan berafilasi(merekas lebih
mementinggan adanya persahabatan atau teman saat bekerja) pada karyawan.
2.Teori
Pola Kepempimpinan (otokratik,demokratit,dan permisif)
a.
Pola kepemimpinana otoriter
Disebut
juga tipe kepemimpinan authoritarian. Dalam kepemimpinan ini, pemimpin
bertindak sebagai diktator terhadap anggota - anggota kelompoknya. Baginya
memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Batasan kekuasaan dari
pemimpin otoriter hanya dibatasi oleh undang - undang. Bawahan hanya bersifat
sebagai pembantu, kewajiban bawahan hanyalah mengikuti dan menjalankan perintah
dan tidak boleh membantah atau mengajukan saran. Mereka harus patuh dan setia
kepada pemimpin secara mutlak. Pemimpin yang otoriter tidak menghendaki rapat
atau musyawarah. Setiap perbedaan diantara anggota kelompoknya diartikan
sebagai kelicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah
atau instruksi yang telah diberikan. Inisiatif dan daya pikir anggota sangat
dibatasi, sehingga tidak diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
Pengawasan bagi pemimpinyang otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah
segala perintah yang telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh
anggotanya. Mereka melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan meneliti orang
- orang yang dianggap tidak taat kepada
pemimpin,
kemudian orang - orang tersebut diancam dengan hukuman, dipecat, dsb.
Sebaliknya, orang - orang yang berlaku taat dan menyenangkan pribadinya,
dijadikan anak emas dan bahkan diberi penghargaan. Kekuasaan berlebih ini dapat
menimbulkan sikap men yerah tanpa kritik dan kecenderungan untuk mengabaikan
perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan langsung. Selain itu, dominasiyang
berlebihan mudah menghidup kan oposisi atau menimbulkan sifat apatis.
Kekurangan Suasana
kaku, tegang, mencekam, menakutkan sehingga dapat berakibat lebih lanjut
timbulnya ketidak puasan.Merusak moral, meniadakan inisiatif, menimbulkan
permusuhan, agresivitas, keluhan, absen, pindah, dan tidak puas, Pemimpin
yang otoriter tidak menghendaki rapat atau musyawarah, setiap perbedaan
diantara anggota kelompoknya diartikan sebagai kelicikan, pembangkangan, atau
pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah diberikan inisiatif
dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak diberikan kesempatan
untuk mengeluarkan pendapatnya dan pengawasan bagi pemimpin yang
otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah yang telah
diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya.
Kelebihan model
kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak ada satupun
tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu
tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Langkah
– langkahnya penuh perhitungan dan sistematis, Ketepatan serta ketegasan dalam
pembuatan keputusan dan bertindak sehingga untuk sementara mungkin
produktivitas dapat naik, Keputusan dapat diambil secara
cepat dan mudah dilakukan pengawasan
b.
Pola kepemimpinan demokratik
Pemimpin
ikut berbaur di tengah anggota - anggota kelompoknya. Hubungan pemimpin
dengananggota bukan sebagai majikan dengan bawahan, tetapi lebih seperti kakak
dengan saudara -saudaranya. Dalam tindakan dan usaha – udahanya ia selalu
berpangkal kepada kepentingan dankebutuhan kelompoknya, dan mempertimbangkan
kesanggupan dan kemampuan kelompoknya.Dalam melaksanalan tugasnya, ia mau
menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran- saran dari kelompoknya. Ia
mempunyai kepercayaan pula pada anggota - anggotanya bahwa mereka mempunyai
kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. Ia selalu berusaha membangun
semangat anggota kelompok dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya
dengan cara memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Di samping itu, ia juga memberi
kesempatan kepada anggota kelompoknya agar mempunyai kecakapan memimpin dengan
jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan tanggung jawabnya.
Kekurangan dari
kepemimpinan demokratis adalah, karena di sini seorang pemimpin memberikan
kesempatan dan hak yang seluas-luasnya kepada para stafnya, maka mereka
memiliki banyak sekali pendapat yang berbeda,sehingga pemimpin
sulit menentukan pendapat yang sesuai dengan anggota yang tidak menyetujui
kesepakatan forum yang ada, maka terkadang terjadi suatu konflik atau
perdebatan antara anggota forum dengan sehingga Proses pengambilan keputusan akan memakan waktu yang
lebih banyak serta sulitnya pencapaian kesepakatan
Kelebihan gaya
kepemimpinan demokratis dapat menampung aspirasi dan keinginan bawahan sehingga
dapat menumbuhkan rasa memiliki terhadap organisasi pada umumnya dan pekerjaan
pada khususnya. Kelemahan gaya kepemimpinan yang demokratis cenderung
menghasilkan keputusan yang disukai daripada keputusan yang tepat
c.
Pola kepemimpinan permisif
Dalam
tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan pemimpinannya,dia
membiarkan bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak
memberikan control dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya. Pembagian tugas
dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa petunjuk atausaran
- saran dari pemimpin. Dengan demikian mudah terjadi kekacauan - kekacauan dan
bentrokan - bentrokan. Tingkat keberhasilan anggota dan kelompok semata - mata
disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan
karena pengaruhdari pemimpin. Struktur organisasinya tidak jelas atau kabur,
segala kegiatan dilakukan tanpa rencanadan tanpa pengawasan dari pimpinan.
Kekurangan, Pemimpin
sama sekali tidak memberikan control dan koreksi terhadap pekerjaan
bawahannya, Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada
bawahannya tanpa petunjuk atau saran – saran dari pemimpin. Dengan demikian
mudah terjadi kekacauan – kekacauan dan bentrokan – bentrokan, Tingkat
keberhasilan anggota dan kelompok semata – mata disebabkan karena kesadaran dan
dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpin.
Kelebihan, Keputusan
berdasarkan keputusan anggota, Tidak ada dominasi dari pemimpin
Munandar, A.S (2008). Psikologi industri
dan organisasi.jakarta:UI-Prees
Basuki , Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta
:universitas Gunadarma