Tugas
Psikoterapi ( softskill )
a. Pengertian terapi keluarga
Menurut
Almasitoh 2012 Terapi keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan
seseorang, memahami perilaku, perkembangan simtom dan cara pemecahannya. Terapi
keluarga dapat dilakukan sesama anggota keluarga dan tidak memerlukan orang lain,
terapis keluarga mengusahakan supaya keadaan dapat menyesuaikan, terutama pada
saat antara yang satu dengan yang lain berbeda.
Terapi
keluarga adalah suatu bentuk terapi relasi (a relationship form of therapy),
dan terapi ini sering dipraktikan dalam suatu kerangka sistem. Model-model
keluarga memandang masalah individual dalam kaitannya dengan orang lain dalam
keluarga dan bekerja dengan anggota-anggota keluarga untuk mengubah pola-pola
keluarga yang disfungsional menurut Robert dan Greene (2008). Menurut Kartini
Kartono dan Gulo dalam kamus psikologi, family therapy (terapi keluarga)
adalah: “Suatu bentuk terapi kelompok dimana masalah pokoknya adalah hubungan
antara pasien dengan anggota-anggota keluarganya. Oleh sebab itu seluruh
anggota keluarga dilibatkan dalam usaha penyembuhan”.
b. Cara
melakukan terapi keluarga
1.
Klien berbicara dengan terapis,
bukan dengan sesama anggota keluarga. Ini untuk menjaga agar reaktivitas emosional tetap rendah.
2.
Genograms merupakan peta yang
merepresentasikan paling tidak tiga generasi dalam keluarga.
3.
Detriangulating yaitu tetap bersikap
objektif dan tidak memihak.
c. Manfaat
terapi keluarga
1. Manfaat
bagi klien
mempercepat
proses kesembuhan melalui dinamika kelompok atau keluarga. Memperbaiki hubungan
interpersonal pasien dengan tiap anggota keluarga atau memperbaiki proses
sosialisasi yang dibutuhkan dalam upaya rehabilitasinya. Jika dilakukan pada
program rawat jalan diharapkan dapat menurunkan angka kekambuhan
2. Manfaat
bagi keluarga
memperbaiki
fungsi dan struktur keluarga sehingga peran masing – masing anggota keluarga
labih baik. Keluarga mampu meningkatkan pengertiannya terhadap pasien/klien
sehingga lebih dapat menerima, lebih toleran dan lebih dapat menghargainya
sebagai manusia maupun terhadap potensi – potensinya masih ada. Keluarga dapat
meningkatkan kemampuannya dalam membantu pasien/klien dalam rehabilitasi.
d. Kasus-kasus
yang diselesaikan dalam terapi keluarga
Kasus yang dapat diselesaikan dalam
terapi keluarga adalah ketidaknyamanan yang bersumber dari dari keadaan
keluarga, kenakalan remaja,pola asuh, ketidakharmonisan pasangan suami istri
dan Konflik keluarga dalam hal norma atau keturunan.
e. Contoh
yang menggambarkan terapi keluarga
Don
adalah seorang ayah, dan merupakan mantan suami Angela. Don sangat menyayangi anak-anaknya.
Tetapi ia tidak merasa demikian beberapa waktu terakhir karena ia merasa bahwa
anak laki-lakinya telah menjadi seorang anak yang nakal dan menakutkan.
Angela
merupakan ibu dari Heather dan Ben. Angela begitu heran dengan kelakuan anak
laki-lakinya, yaitu Ben. Namun, yang membuat ia lebih heran lagi adalah mengapa
mantan suaminya mengizinkan Ben untuk minum minuman keras. Sedangkan Heather,
merupakan seorang gadis dan adik perempuan Ben. Heather mengatakan bahwa
hubungannya dia dengan kedua orang tuanya sangat baik. Namun, berbeda dengan
hubungannya dengan kakaknya, ia merasa hubungannya dengan Ben sangat gila.
Ben
merupakan seorang kakak laki-laki dan pengangguran, ia memiliki hubungan yang
sangat tidak baik dengan adik perempuannya.
Terdapat
4 orang yang terlibat dalam proses terapi. Seorang terapis wanita, Don (ayah),
Ben (anak laki-laki), dan Heather (anak perempuan). Terapi dilakukan di sebuah
ruangan tertutup. Posisi duduk mereka membentuk setengah lingkaran, dengan
ujung paling kiri yaitu Ben, kemudian di sebelahnya adalah terapis, setelah
terapis adalah Heather, dan kemudian di ujung paling kanan adalah Don.
Awalnya,
terapis mengatakan bahwa penting sekali membahas masalah hubungan antar anggota
keluarga tersebut. Kemudian terapis juga meluruskan tentang peran orang tua dan
anak dalam sebuah keluarga. Hal ini ditekankan kembali karena Don (ayah)
cenderung membela Heather, anak perempuannya. Akan tetapi pada akhirnya Don
dapat menyadari sikap seperti apa yang harus ia lakukan sebagai orang tua yang
baik. Setelah itu terapis meminta ayah dan Ben untuk bertukar posisi duduk agar
Ben dan Heather dapat duduk berdampingan.
Terapis
mempersilahkan Heather untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya terhadap
sosok Ben. Heather mengatakan bahwa ia merindukan sosok kakaknya yang seperti
dulu dan ia merasa bahwa ia sudah tidak mengenali kakaknya lagi, yang sekarang
ini dianggap sering berperilaku menyimpang. Misalnya saja sekarang Ben terbiasa
pulang pagi dan juga berkata-kata kasar. Setelah Heather selesai mengungkapkan
apa yang ia rasakan dan pikirkan kemudian terapis meminta Ben untuk menanggapi
apa yang disampaikan oleh adik perempuannya tersebut. Dan terungkaplah bahwa
selama ini Ben merasa bahwa selama ini dia diperlakukan secara berbeda dengan
adiknya. Setelah mendengar pengakuan dari kedua kakak beradik tersebut, terapis
pun berusaha memberikan insight pada sang ayah tentang akar permasalahan yang
terjadi di antara Ben dan Heather. Dan di akhir sesi terapi, hubungan antar
anggota keluarga tesebut pun terlihat menjadi lebih hangat. Terapi selesai. Di
dalam kasus ini digunakan terapi keluarga yang melibatkan terapis dan anggota
keluarga yang sedang bermasalah. Terapis duduk bersama dengan para anggota
keluarga, untuk berdiskusi dan meminta masing-masing anggota keluarga
menceritakan hal-hal yang menjadi beban mereka dan mengungkapkan apa yang
mereka rasakan pada masing-masing anggota keluarga mereka. Ketika sudah
ditemukan masalahnya, terapis membantu memberikan alternatif pemecahan masalah
kepada keluarga tersebut dan terapi selesai.
Afiantika. (2014). Studi kasus terapi keluarga.
http://afiantika.blogspot.com/2014/05/studi-kasus-terapi-keluarga.html.
Diakses pada tanggal 03 Mei 2015. 11:52
Almasitoh, U. H., (2012). Model Terapi dalam
Keluarga. Jurnal Magistra. Vol. 24, 31-34.
Roberts, A.R., Greene,
G.J. (2008). Buku pintar pekerja sosial. Jakarta: Gunung Mulia
Somaryati & Astutik, S. (2013). Family therapy
dalam menangani pola asuh orang tua yang salah pada anak slow learner. Jurnal bimbingan
dan konseling.vol.03.01.